Hari itu berjalan seperti biasa, terisi dengan rutinitas yang tidak terlalu istimewa. Selain melakukan troubleshooting dan monitoring, juga membuat sedikit dokumentasi. Cuaca di luar cukup panas, membuat orang-orang enggan untuk keluar meskipun sekedar mencari makan. Mereka lebih memilih memesan makan melalui Kang Iman, seorang pramubakti yang selalu setia dan rela kami repoti.
Ketika sedang asyik terlibat perbincangan dengan teman-teman seperjuangan, tiba-tiba telepon berdering. “Hallo, Mas diharap menghadap Bapak sekarang.” demikian suara dari seberang sana yang tidak lain tidak bukan adalah suara sekretaris pimpinan kami. Tanpa banyak cingcong, saya pun segera menuju asal panggilan tersebut berasal. Saat itu saya memang sedang diminta untuk membuat sebuah masukan untuk rencana pengembangan Data Center kami ke depan. Dalam benak saya, tentunya pembicaraannya tidaklah jauh-jauh dari hal tersebut. Saya pun segera merangkai kata dalam otak saya, agar ketika diutarakan dapat keluar secara terstruktur.
Saya ketuk pintu berwarna coklat itu perlahan, dan dengan hati-hati saya melangkah masuk. Sang Mbak Sekretaris pun segera mempersilahkan saya masuk ke ruangan Bapak Pimpinan kami.
“Ayo.. ayo silahkan masuk, silahkan duduk.” beliau menyambut saya.
Setelah melalui cerita dan penjelasan yang cukup panjang, beliau berkata, “Jadi gue akan mengusulkan elu untuk penempatan di Singapura. Ini masih bersifat usulan, jadi elu banyak berdoa, semoga semuanya lancar. Karena minggu depan akan ada rapat yang membahas hal ini. Mudah-mudahan nama lu bisa masuk.”
Saya mematung dan hanya bisa menjawab dengan kata-kata, “Baik. terima kasih, Pak”
“Lu siap kan? Buat penempatan di sana?” beliau memastikan sekali lagi.
“Siap, Pak.” jawab saya singkat.
Setelah mohon diri, saya pun segera kembali ke ruangan kerja saya dan masih dengan pikiran yang berkecamuk tentunya. Saya tidak tahu mesti gembira, sedih, bingung, bahkan malah blank sama sekali. Apa yang diutarakan adalah sesuatu yang memang senantiasa kami nantikan. Namun saya tidak menyangka hal itu akan datang secepat ini.
Saya hanya bisa tenggalam dalam centang perenang alam pikiran saya sendiri. Ini merupakan pengalaman pertama bagi saya. Saya belum tahu apa saja yang mesti dipersiapkan, hal-hal apa saja yang harus dilakukan. Terima kasih untuk sahabat saya yang telah bersedia untuk menyimpan hal ini (paling tidak sampai waktu yang tepat untuk mengutarakannya )
***
Continue reading →