Beberapa waktu yang lalu tepatnya pada tanggal 26 September 2012, HP sebagai salah satu perusahaan IT terbesar, mengadakan kegiatan HP Converged Cloud Summit di Ritz Carlton Hotel, Kuningan Jakarta. Maksud dan tujuan diadakannya kegiatan ini adalah untuk menyongsong era cloud computing yang saat ini sedang menjadi salah satu opsi favorit dalam pengembangan data center. Selain itu, peserta yang hadir juga diharapkan supaya dapat mengetahui solusi konvergensi infrastruktur HP dan pengetahuan yang mendalam tentang konvergensi infrastruktur cloud HP dalam memenuhi permintaan user akan data, aplikasi dan konten digital serta bagaimana caranya agar dapat menciptakan nilai bisnis dengan konvergensi sistem cloud dan teknologi cloud terbaru.
Dalam kegiatan ini juga melibatkan beberapa rekanan dari HP seperti Brocade, VMware, dan Intel. Kegiatan seminar ini diselenggarakan dengan metode presentasi dan diskusi panel yang sangat interaktif. Bahkan dalam salah satu sesi presentasi, menggunakan animasi mirip seperti hologram. Widih, keren banget deh!!! 😆
Kegiatan ini didukung oleh beberapa narasumber yang sekaligus memberikan presentasi, diantaranya:
- Michael Barnes, Vice President & Research Director – Forrester Asia Pacific.
- Anoop Kumar Ravindranath, Converged Cloud – HP Asia Pacific & Japan.
- Yadi Karyadi, Business Development Manager – Intel Indonesia.
- Matthew Yeo, Solution Architect – HP.
- Trigantoro Bramaningtyas, Enterprise Architect – HP Indonesia.
- Oki Purwana, System Consultant – Vmware Indonesia dan Antonni, Thin Client Product Manager – HP Indonesia.
Pada sesi pertama, Michael Barnes, Vice President & Research Director – Forrester Asia Pacific memberikan presentasi mengenai The Need for Convergence. Menurut Michael Barnes, cloud computing bukanlah sebuah teknologi terapan, melainkan sebuah bussiness process (proses bisnis). Sebagai sebuah proses bisnis, maka cloud computing tidak akan pernah ada akhirnya dan akan terus berinovasi. Kadang terdapat perbedaan persepsi antara seorang CIO (Chief Information Officer) dari sisi solusi teknologi dengan pihak manajemen.
Michael Barnes menjelaskan bahwa harus digunakan sebuah pemahaman yang dapat menjembatani antara kepentingan manajemen yang ingin mengedepankan efektivitas dan efisiensi dengan teknologi yang ingin diterapkan oleh seorang CIO. Pada dasarnya semua pihak tentunya ingin memberikan yang terbaik kepada insitusi tempat mereka bekerja. Hanya saja dalam prosesnya kadang terdapat perbedaan persepsi tentang apa yang akan dilakukan. Sebagai seorang CIO harus dapat meyakinkan manajemen bahwa dengan menerapkan cloud computing akan memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap proses bisnis. Sebagai penyedia layanan, tentunya kita harus memberikan yang terbaik bagi user, seperti misalnya mobilitas yang tinggi, teknologi yang fleksibel, availability, dan skalabilitas yang tinggi.
Tidak dapat dipungkiri bahwa ketika berbicara mengenai cloud computing terutama jika ingin membuat private cloud, dibutuhkan sebuah investasi yang tidak sedikit yang dapat membuat pihak manajemen keberatan dengan opsi ini. Namun sebagai seorang CIO, kita harus dapat memberikan pandangan kepada pihak manajemen bahwa investasi yang kita keluarkan ini akan mengarah kepada peningkatan layanan kepada user. Selain itu, jika dihitung dalam jangka panjang maka dengan penerapan cloud computing akan memangkas Operational Expendable yang sangat signifikan.
Untuk melakukan migrasi dari sistem konvensional ke cloud computing, ada beberapa tahapan yang harus dilalui, antara lain: Continue reading