Me-manusia-kan Manusia

Me-manusia-kan manusia??? Hmm, sedikit aneh mungkin judul saya kali ini. Saya terdorong membuat artikel ini karena berbagai kejadian yang terjadi di nusantara dalam beberapa kurun waktu terakhir. Banyak sekali kejadian yang membuat saya jadi miris, dan hati saya sampai teriris-iris (lebay ah 🙂 ). Bangsa kita yang konon katanya (pernah) besar di masa lalu seperti terhapus begitu saja jejaknya. Tidak ada ciri-ciri yang tampak pada masyarakatnya yang menunjukkan bahwa negara kita yang tercinta ini adalah bangsa yang (dulunya) besar.

Peta Indonesia

Saya rasa, keadilan di negara kita ini sudah terinjak-injak dan dijungkirbalikkan. Keadilan yang seharusnya meletakkan segala sesuatu sesuai dengan porsinya kini telah hancur berantakan. Kebenaran yang seharusnya menjadi pembeda antara yang salah dan yang benar pun telah diputarbalikkan. Lalu, ketika dua hal itu, keadilan dan kebenaran menjadi absurd, maka apa yang akan muncul? Saat itulah hukum rimba muncul ke permukaan, siapa yang kuat dialah yang menang.

Ada nasib seorang nenek yang mengambil buah kakao yang telah jatuh dari pohon, malah dilaporkan dan disidang. Beruntung, karena sang hakim masih memiliki nurani, sehingga sang nenek hanya dihukum menjadi tahanan luar. Lagian sang nenek akan pergi ke mana sih? Dia tidak akan pergi ke Singapura untuk mencari perlindungan seperti buron-buron kelas kakap yang lain.

Ada pula kisah yang lain, nasib para janda pahlawan yang memperjuangkan rumah mereka karena akan disita. Dulu suami-suami mereka telah berjuang untuk meraih kemerdekaan bangsa ini dan rela mengorbankan apapun, namun ironis sekali, keluarga mereka malah menemukan kesulitan untuk kemerdekaan diri mereka sendiri.

Janda Pahlawan

Selain itu, ada pimpinan lembaga yang senantiasa mengungkap tindak pidana koprupsi, malah dipenjara. Sedangkan di sisi lain, seorang pengusaha yang nyata-nyata melakukan penyuapan ke oknum aparat, dan sudah ada buktinya, lama sekali proses penangkapannya.

Yang tidak kalah serunya adalah ketika seorang pegawai pajak telah melakukan penggelapan uang rakyat dalam jumlah yang luar biasa besarnya. Ketika rakyat selalu diikat dengan sebuah kewajiban pajak, hasilnya malah digunakan untuk memperkaya golongan tertentu. Tentunya ini sudah keterlaluan.

Yang paling ter-update adalah tragedi Priok berdarah, pertikaian antara masyarakat dan petugas Satpol PP yang sampai merenggut korban jiwa. Ketika saya melihat tayangan di televisi, saya merinding, melihat massa yang begitu brutal menganiaya seorang petugas hingga tidak berdaya. Sudah tersungkur jatuh dan tidak bergerak pun masih ditendang dan diinjak-injak, sungguh terlalu!!! Memalukan sekali ketika melihat peristiwa di atas. Bangsa ini seperti bangsa yang tidak berbudaya, bangsa barbar dan lebih ekstrim lagi saya bilang, bahkan lebih hina dari binatang.

Priok Berdarah

Dari beberapa ilustrasi di atas, tentu kita bertanya-tanya apa yang salah dengan negeri ini? Mengapa sedemikian carut marutnya berbagai persoalan yang terjadi? Sudah banyak nilai-nilai luhur dan budi pekerti yang semakin memudar akibat tergerus oleh kemajuan zaman. Bisa dibilang kita sudah kehilangan jati diri bangsa kita.

Yang bisa kita lakukan adalah menempatkan kembali manusia sesuai dengan porsinya, yaitu sebagai makhluk Tuhan yang berakal dan berbudi. Siapapun kita, siapapun mereka, adalah sama-sama makhluk Tuhan yang memiliki hak dan kewajiban yang sama. Sangat tidak bijaksana bila kita menghakimi orang lain secara sepihak menurut hawa nafsu kita. Terkadang kita perlu mencoba menempatkan diri kita ke dalam posisi orang lain. Sebelum kita melakukan tindak kekerasan atau menyakiti orang lain, ingatlah bahwa dia juga adalah suami/istri dan ayah/ibu dari keluarga mereka. Hendaknya berpikir dahulu sebelum bertindak maupun berkata-kata, apakah tindakan kita ini layak dan benar serta kata-kata kita ini sudah baik serta tidak menyinggung orang lain. Jika masih bingung juga, tanyalah hati nurani, karena hati nurani tidak pernah berbohong. Konon, bahkan seorang pencuri pun di dalam lubuk hatinya sebenarnya sadar bahwa mencuri itu perbuatan dosa. Akan tetapi dorongan nafsu duniawi yang terlalu kuat, serta ketidakmampuan mereka dalam memegang komitmen terhadap kebenaran itulah yang membuat mereka akhirnya nekat mencuri.

Manusia dianugerahi akal dan pikiran oleh Tuhan adalah agar senatiasa berpikir terlebih dahulu sebelum melakukan sesuatu. Serta agar dapat menjaga dari hawa nafsu yang biasanya memiliki tendensi ke arah yang negatif. Bukankah musuh terbesar kita adalah hawa nafsu kita sendiri? Cobalah untuk mengendalikan amarah kita, karena kata Rasulullah SAW pun, ketika marah adalah setan yang sedang bertengger di kepala kita. Ambilah air wudlu bila kita sedang merasakan amarah, agar kita dapat menjadi lebih tenang.

Bangsa kita sebenarnya telah memiliki nilai-nilai luhur yang apabila diaplikasikan dalam kehidupan kita sehari-hari akan dapat menumbuhkan rasa kebersamaan, persatuan dan kesatuan. Dalam segala hal, utamakanlah pendekatan persuasif ketimbang pendekatan agresif. Berbicara secara santun akan lebih mulia ketimbang berbicara yang meledak-ledak. Kita tidak perlu menjadi galak atau sangar hanya agar ditakuti oleh orang lain. Berbicara santun dan bertutur kata yang baik pun dapat membuat kita disegani.

Saya mengutip syair lagu dari Om Ebiet G. Ade, semoga dapat menjadi renungan bagi kita:
“Kita mesti telanjang dan benar-benar bersih
Suci lahir dan di dalam batin
Tengoklah ke dalam sebelum bicara
Singkirkan debu yang masih melekat 2x

Kita mesti berjuang memerangi diri
Bercermin dan banyaklah bercermin
Tuhan ada di sini di dalam jiwa ini
Berusahalah agar Dia tersenyum… oh
Berubahlah agar Dia tersenyum”

Saya pribadi sangat merindukan Indonesia yang aman, tenteram, dan damai. Toleransi akan menjadi jembatan yang sangat baik dalam menghadapi perbedaan. Sikap saling menghormati dan menghargai akan menjadi stimulator yang mumpuni dalam mewujudkan kehidupan yang harmonis. Tenggang rasa akan menjadi bingkai yang kokoh dalam menuju sebuah kebersamaan. Dan hati nurani akan senantiasa menjadi cermin atas segala yang akan kita lakukan.

Mari bersama-sama kita sambut dan wujudkan Indonesia yang lebih baik.

Indonesiaku

6 thoughts on “Me-manusia-kan Manusia

  1. Miris ngeliat apa2 yang udah terjadi belakangan ini..
    Sepertinya mereka lupa akan adanya Dzat Yang Maha Adil..
    Saia rasa cukup dengan kesadaran akan adanya Allah maka org2 bisa lebih takut untuk berlaku negatif..

  2. Isdiyanto : betul sekali, itulah Indonesia, tanah air beta…. ups, jadi nyanyi nih… he..he… yah semoga ke depannya bisa menjadi lebih baik dan beradab.

    Aiwulfric : Semoga saja Indonesia bisa kembali menjadi negara yang beragama, yang benar-benar “beragama”

    Neo ririwa : Saya juga merindukan saat itu, ketika kita saling mengerti satu sama lain, dan saling menghargai serta menghormati satu dengan yang lainnya.

Leave a comment